Home » » Research Based Learnig (RBL) dalam Pembelajaran Fisika

Research Based Learnig (RBL) dalam Pembelajaran Fisika


Mutu pendidikan di Indonesia terutama pendidikan sains saat ini masih rendah dan tertinggal dari negara lain. Berdasarkan pernyataan Dirjen Dikdasmen (2002) bahwa beberapa indikasi bahwa mutu pendidikan di Indonesia belum meningkat : (1) Gejala lulusan SLTP dan sekolah menengah yang menjadi pengangguran di pedesaan karena tidak mampu menerapkan pengetahuan yang didapat di sekolah kedalam kehidupan sehari-hari. Lebih jauh dinyatakan bahwa 34,4 % lulusan SLTP tidak melanjutkan ke sekolah menengah atas, (2) ketidakpuasan berjenjang, dimana sekolah lanjutan merasa bekal siswa yang masuk (lulusan sekolah sebelumnya) kurang baik. Hal ini diperkuat dari hasil studi the Thrid International Mathematics and Science Study-Repeat (TIMSS-R : 1999 dalam tim BBE Depdiknas : 2001) melaporkan bahwa prestasi siswa SLTP di Indonesia  berada pada urutan ke-34 untuk matematika dan pada urutan ke-32 untuk IPA dari 38 negara peserta yang di studi di Asia, Australia dan Afrika.

Dari dua pernyataan diatas, dapat pula dilihat bahwa pada proses kegiatan belajar mengajar di Indonesia saat ini lebih mengedepankan keberhasilan aspek kognitif pada diri siswa dari pada keberhasilan aspek afektif dan psikomotornya. Dari hal tersebut akan adanya ketimpangan yang muncul diantara ketiga aspek tersebut, dimana aspek kognitif memiliki porsi yang lebih besar dibandingkan kedua aspek yang lain. Sebenarnya ada hal yang tidak kalah penting dari sekedar pembentukan keberhasilan aspek kognitif, yakni bagaimana siswa dibentuk dan diarahkan memiliki kecakapan ilmiah, kreativitas dan daya inovasi dalam belajar. Selama ini siswa banyak dijejali dengan teori dan konsep selama proses belajar, namun mereka tidak diberikan ruang untuk mengaplikasikan teori dan konsep yang diterima di kelas dalam bentuk kegiatan ilmiah.

Selain itu, faktor penunjang rendahnya mutu pendidikan terutama sains adalah kurang dikembangkanya keterampilan proses sains dan keterampilan berpikir ilmiah di dalam kelas. Keterampilan proses sains melatih siswa dalam proses berpikir dan membentuk manusia yang mempunyai sikap ilmiah. Sedangkan, keterampilan berpikir merupakan aspek penting dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Jika keterampilan berpikir tersebut tidak dilatih terus menerus dalam kegiatan belajar dapat dipastikan kemampuan siswa dalam menyelesaikan berbagai permasalahan akan sangat minimal dan kurang berkualitas.

Hal yang paling diharapkan dari dampak aplikasi dan kegiatan ilmiah tersebut adalah munculnya sikap ilmiah pada diri siswa. Jika belajar hanya sebatas pada kegiatan mengolah teori dan konsep, maka dampak yang bisa timbul adalah rasa jenuh yang melanda mereka. Apalagi jika mata pelajaran yang diajarkan memiliki tingkat kesulitan tinggi seperti pelajaran fisika.

Mata pelajaran fisika merupakan pelajaran yang tidak banyak disukai oleh siswa. Hal ini kerena fisika sering dijabarkan dalam bentuk matematika yang sering membuat siswa “mati kutu” dalam mempelajarinya. Ditambah jika guru yang mengajar dianggap monoton oleh siswa.

Untuk menjawab persoalan diatas maka perlu ada alternatif pembelajaran yang mamapu menghindari pola pembelajaran yang menjenuhkan dan monoton khususnya dalam pelajaran fisika. Namun tak mengurangi esensi kompetensi dasar dan standar kompetensi dari kurikulum yang ada. Pembelajaran ini dirancang sedemikian rupa sehingga siswa lebih aplikatif teori yang didapatkannya. Selain itu dapat merangsang siswa untuk memiliki sikap ilmiah. Pembelajaran yang bisa dijadikan alternatif tersebut adalah Research Basic Learning (RBL).

Research Basic Learning (RBL) merupakan kegiatan pembelajarn yang berdasarkan pada penelitian dasar terhadap kajian keilmuan yang dipelajari secara konseptual. Dalam prosesnya siswa diberikan kebebasan untuk mengkaji satu topik masalah yang didasarkan pada penelitian dasar yang dilakukan sesuai prosedur yang ada. Siswa kemudian diarahkan lebih kepada upaya menganalisis kajian dengan cermat, sehingga dampak yang dihasilkan adalah siswa memiliki wawasan, terlatih pola pikir dan sikap ilmiahnya secara menyeluruh. Selain itu, dalam pembelajaran ini siswa dirangsan untuk memunculkan sisi kreativitas dan daya inovasi terhadap keilmuan yang dikaji.

Pada pelaksanaanya, guru bertugas untuk mensuvervisi dan membimbing siswa dalam tataran konsep dasarnya saja. Sedangkan pengembangan lebih lanjut diserahkan pada siswa sepenuhnya. Selian itu guru memberikan rambu-rambu baik dari segi konsep maupun segi prosedur teknis pelaksaaan kegiatan pembelajaran. Sehingga pada pelaksanaanya tidak melenceng dari tujuan pembelajaran.

Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Creating Website

0 komentar:

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. INILAH GURU - All Rights Reserved
Template Modify by Creating Website
Proudly powered by Blogger